SELIMUT HATI DIAH

            Hayyyy gaysss kenalin nichh namaku Wiwid wulandari but keluarga dan teman-teman biasa memanggilku dengan wiwid.
            Occgghhh yacggghh ini tugas yang kesekian kalinya yang diberikan guru Bahasa Indonesia saya yaitu Pak Haerul yang gosipnya seeehh banyak di gandrungi siswi-siswi SMAN 01 UK, tapi menurut saya seehh dia biasa-biasa ajagg,, ga’ ada yang istimewa… (‘’Peace pak’’)
            Ini unforgettble experience seprang wiwid wulandari atau wiwid Kelas X.C SMAN 01 UNGGULAN KAMANRE sebelum kamu memulai untuk membaca cerpen ini sebaiknya kamu merapikan cara duduk kamu, dan ga’ kalah penting harus tersenyum dahulu, Okeeyyyyyy!!!!



Saya berjalan menyusuri pekarangan sekolah hendak keluar dari pintu pagar. Sekarang tepat pukul dua siang. Matahari sudah seperempat ada diatas kepalaku. Keringat mulai membasahi tubuh dan bajuku.
Kudengar beberapa langkah dari belakang yang sedang berlari. Sepertinya mereka sedang tergesa-gesa.. salah satu diantar mereka, entah sengaja atau tidak menabrakku. Spontan buku yang pegang jatuh, untung tak jatuh di selokan.
“Maaf!!!!” ucap seorang yang menabrakku tadi.
Kulihat, ternyata dia seorang kakak kelas. Kalau tidak salah dia kelas XII Ipa 1.
“Ga’ apa-apa kok!!!” jawabku.
Saya tak ingin mencari masalah, kalau urusan ini di perpanjang bisa-bisa saya yang kena apes dua kali.
Saya memunguti buku-bukuku yang berserakan. Tak kusangka, dia ikut membantu. Setelah semuanya selesai kupunguti, saya berdiri dan hendak berjalan, sebelum dia menahanku…
“Kamu anak X 1 itu kan???” tanyanya tiba-tiba.
Saya hanya mengangguk.
“Yang sering nongkrong di bangku kedua pojok kan???”
Saya mengernyitkan dahi. Dari mana dia tahu??? Emang bener sich, saya sering duduk di bangku itu. Itu supaya aku bisa menyegarkan mata bila suntuk belajar dengan memandang keluar kelas.
Saya juga pernah mendapati kakak ini sedang bermain basket di lapangan. Tapi saat itu, saya hanya melihat saja tak memperhatikannya.
“Iya!!! Darimana kakak tahu???” kali ini aku bertanya penasaran.
Bukannnya menjawab, dia hanya nyengir. Karna merasa tak enak, saya mulai berjalan menjauhinya.
“Dasar cowok aneh!!! Ditanya kok malah nyengir!!! Lagian, dia tahu dari mana sich kalo aku paling suka duduk di pojokan???? Jangan-jangan, dia mata-matain saya lagi!!!! Atau dia ingin sesuatu hal yang paling berharga dari saya lagi!!!! Aaaaa….!!!!!”
Duch!!! Saya kok bisa berpikiran aneh kayak gini sich!!!!
“Hey!!!!” dia berlari mengejarku.
Saya semakin mempercepat langkah, tapi gagal. Sekarang dia berjalan di sampingku.
“Kamu kok marah sich???”
Saya pun menghentikan langkah. Dan menatapnya.
“Kakak maunya apa sich??? Tadi kakak nabrak saya,  kakak minta maaf dan saya maafin!!! Trus, kakak tanya saya anak kelas X 1 bukan,saya jawab iya!!! Lalu, kakak tanya apa aku yang sering duduk dipojokan bukan, saya jawab iya juga, dan nanya dari mana kakak tahu, eh kakak malah nyengir!!! Apa saya salah nanya kayak gitu??? Yang semestinya salah nanya itu kakak, bukan saya!!!” lontarku begitu saja.
“Emangnya, saya salah nanya apa???” tanyanya sok polos.
“Kakak salah karna sudah menanyakan privasiku!!! Ngerti???”
Saya meninggalkannya, lalu menghentikan taksi yang berjalan dari arah utara. Sesaat kurasakan aroma segar dari AC mobil. Dan kuharap secepatnya kembali ke rumah. Hal pertama yang akan kulakukan adalah ganti baju, lalu makan, terus tidur. Hmmm, tak sabar rasanya ingin segera melakukannya.
Tiba-tiba, ponselku berdering dengan musik yang sudah kusetting, aku merogoh saku baju sekolahku. Kulihat, ada nomor tak tersimpan tampil di layar mini itu.
“Halo!!!!” ucapku
“Apa ini dengan Diah??” tanyanya.
“Iya!!! Ini siapa dan ada urusan apa???”
Saya yang tadi nabrak kamu!!!”
“Ada apa lagi???”
“Coba periksa dulu barang-barang kamu yang terjatuh tadi, apa tidak ada yang hilang!!!”
Saya memeriksa buku-bukuku, Fisika, Matematika, Sosiologi, oh tidak…buku yang bersampul biru itu ketinggalan.
Mudah-mudahan saja Kakak ini tak membaca apa isi di dalamnya.
“Bagaimana???” tanyanya ulang..
“Buku catatan bersampul biruku ketinggalan!!!”
“Hemm!!! Buku itu ada padaku, kalo kamu ingin mengambilnya, datang saja lagi kesini!!!”
Saya tidak bisa!!! Sekarang saya sudah ada di dalam mobil!!!”
“Berhenti saja!!!”
“Baiklah!!! Saya tunggu kamu di tugu kota!!!”
“Okey!!!”
Klik!!!
“Pak!!! Berhenti!!!”
Sopir itu menepikan mobilnya. Lalu saya membayarnya, dan turun. Saya mencari tempat yang sejuk untuk berlindung dari panas.
Segera kuotak-atik ponselku.
U ada d’mna??? Aku sdh kering m’nunggu mu d’sni!!! Cepetan!!!
Send to 0854224xxxxx
Saya menyimpannya di dalam kantong baju. Kulihat penjual minuman berjalan ke arahku menawarkan minuman segarnya
Tapi saya segera menolaknya dengan lembut.
Jangan sampi dia membaca isi buku itu.Saya bisa malu dibuatnya .
Bip...bip...bip...
Ponselku bergetar!!!
Segera kubuka pesan yang masuk.
From : 0854224xxxxx
Bentar!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Tak lama setelah sms itu masuk. Sebuah motor sporty sudah ada di depanku. Dengan tersenyum, orang itu memandangku.
“Lama yach???” mulainya.
“Mana bukunya???” tanyaku balik.
“Eitsss!!!! Tak segampang itu aku memberikannya padamu!!!”
“Trus, Kakak maunya apa???”
“Kamu harus menemaniku sore ini!!!”
“Tapi...!!!”
“Tidak ada tapi-tapian!!!! Atau, kamu ingin buku ini kubuang lagi!!!”
“Jangan-jangan!!!!! Okey-okey!!!! Aku akan temenin Kakak sore ini!!! Tapi setelah itu, Kakak harus mengembalikkan buku itu!!!”
“Deal!!!! Naik!!!”
Saya menaiki motornya. Kemudian melaju membelah hiruk pikuknya jalan raya yang seakan tak pernah istiraahat.
Sekian lama, dia memberhentikan motornya di salah satu rumah mewah yang tak kutahu itu milik siapa.
“Ngapain kita kesini???” tanyaku curiga.
Dia hanya menjawabnya dengan nyengir. Kebiasaan yang tidak patut untuk dicontoh.
“Kamu ga’ akan macam-macam kan???” tanyaku lagi.
“Kamu pikir saya akan lakuin apa???”
Belum sempat menjawab, dia sudah menarik tanganku menuju pintu utama rumah mewah itu.
Tak perlu untuk mengetoknya. Dia hanya perlu mendorong pintu yang langsung terbuka.
Dia mempersilahkanku duduk. Lalu berjalan menaiki tangga, dan menghilang.
Seorang pembantu datang menyuguhkan minuman dengan ramah.
“Bi!!! Ini rumah siapa???”
Bibi itu tersenyum lalu menjawab, “Ini rumahnya Boby, Non!!!”
Oooo!!!!
Bibir mungilku membentuk bulatan o.
Jadi, Si Nyengir itu yang punya rumah ini. Hem!!! Ternyata dia tajir juga!!! Pantasan saja motornya mahal seperti itu.
Saya mengamati sekeliling ruang tamu ini. Hanya ada perabot rumah tangga, foto anak kecil cowok yang sekitar berumur lima tahun, dan foto keluarga yang hanya ada seorang Ayah dan seorang anak lelaki. Mungkin itu adalah Kak Bobi.
Belum sempat menegamati wajah si Ayah itu, kudengar langkah kaki turun dari tangga.
Kulihat, dia sudah merubah penampilannya. Kali ini, dengan celana jeans dipadu dengan kemeja dan luaran rompi.
Sungguh menakjubkan.
Keren!!!
Oppsss!!!!
Jangan menatapnya begitu lama!!! Nanti dia ke-GR-an lagi!!!
Saya mengalihkan pandangan. Lalu meneguk sirup rasa jeruk yang dingin.
“Udah seger kan???” tanyanya sambil duduk di sampingku.
Saya hanya mengangguk.
Saya sudah bisa mengambil buku itu kan???” tanyaku tanpa menatapnya. Takut ketahuan bahwa ada getaran lain dalam hatiku.
“Belum!!!!” tegasnya.
Saya berbalik menatapnya heran. Lagi-lagi, dia hanya nyengir membalas tatapanku.
“Tapi kan, saya sudah temani kamu!!!”
“Siapa bilang kamu sudah menemaniku???”
Saya berdiri. Menatapnya tajam.
“Sekarang saya mau pulang!!! Terserah kalo kamu ga’ mau balikin buku itu!!! Saya juga sudah tak memperdulikannya!!! Kamu pikir, kamu siapa seenaknya saja menyuruhku!!! Oh iya, saya lupa!!! Kamu adalah seorang anak konglomerat yang dengan gampangnya menyuruh orang menemanimu seharian!!! Ternyata saya salah sudah menerima tawaranmu!!!” saya pun mengambil tas, dan berbalik menuju pintu utama. Setelah sampai didepan pintu utama, saya kembali berbalik ke arahnya, “Satu lagi, saya juga telah salah meminta maaf sama kamu!!!!”
Saya berbalik dan melanjutkan perjalanan meninggalkan rumah mewah yang sepi. Mencari angkutan umum menuju dearah kecil tempatku beristirahat.
Diatas angkutan umum. Saya merasa bersalah telah mengatakan hal semestinya tak kukatakan. Tapi, disisi lain, hatiku mendukungnya, karna dia memang pantas untuk mendapatkan.
Saya takut, setelah kejadian ini saya akan merasa tidak nyaman di sekolah. Bagaimana kalo dia menyuruh teman-temannya untuk mengerjaiku???
Apa yang harus saya lakukan???
Sesampainya di rumah, saya langsung menuju kamar tidur dan langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur.
Lelah sekali rasanya. Kejadian tadi benar-benar membuat saya lelah. Apa yang harus saya lakukan, biarlah besok yang menjawab.
Saya menutup mata. Dan segera kujemput mimpi di sore ini.
Hemmm!!!!
@@@@@
“Kak Diah!!!!” seseorang mengguncang-guncang tubuhku.
Saya coba untuk membuka mata yang begitu berat. Lalu menguceknya. Seorang anak kecil yang berwajah polos sedang tersenyum melihatku
“Ada apa, Dek???” tanyaku sambil duduk di tepi tempat tidur.
“Ada temen Kakak yang nyariin Kakak!!!! Ganteng loch, Kak!!!”
“Dia nyebutin namanya ga’?” tanyaku lagi penasaran.
“Ga’!!! cepetan donk, Kak!!! Kasian kan pacarnya Kakak disuruh nunggu di luar!!!!”
“Siapa sich????”
Saya pun bangkit, mengintip ke ruang tamu. Saya melihat seorang yang bernampilan keren sedang duduk di kursi tamu.
“Ngapain dia kesini??? Dan dari mana juga dia tahu kalo rumahku di daerah sini???
Saya segera menuju kamar mandi. Menyiram seluruh tubuh. Setelah itu,saya ganti baju. Lalu menarik nafas. Melangkahkan kaki keruang tamu.
Saya duduk. Dimeja sudah ada teh hangat buatan Mama yang sudah sisa setengah.
Dia tersenyum melihat saya datang. Senyum yang lain kulihat saat bersamanya sore tadi.
“Ngapain Kakak kesini???” saya bertanya langsung tanpa basa basi.
Bukannya menjawab, dia malah menyerahkan kantong plastik berwarna ungu kerahku.
“Apa ini???” tanyaku lagi sambil meraihnya.
“Buka saja!!!” perintahnya,
Saya membuka bungkusan itu. Terlihat buku bersampul biru yang menjadi bahan pertengkaran saya dengan dia.
Mataku berbinar-binar melihatnya.
Saya minta maaf soal yang tadi sore!!! Saya hanya ingin mengajak kamu keluar!!!”
Hatiku tiba-tiba saja merasa kasian mendengarnya berkata seperti itu. Walaupun ia mengatakannya dengan tersenyum, tapi...
Saya juga minta maaf!!! Seharusnya saya tidak berkata seperti itu sama Kakak!!!”
Duch...!!!! kok jadi saya yang ga’ enak yach???
“Emm!!! Kakak dach makan malam belum???” tanya saya mengalihkan pembicaraan.
“Belum!!!!” jawabnya singkat.
“Low gitu, Kakak ikut saya!!! Bentar, yachhh!!!” saya masuk minta izin sama Mama.
Lalu keluar lagi, dan langsung menarik tangannya keluar dari rumah.
“Kita mau kemana sich???”
“Nanti juga Kakak akan tahu!!!” jawaabku dengan senyum.
Kami berjalan ditepi jalan raya yang ramai. Tak jauah dari tempat kami berjalan. Apa yang kucari, telah terlihat dari jauh.
Saya lalu menarik tangannya menuju ke tempat yang saya cari.
“Ngapain kita kesini???”
“Makanlah!!! Apa lagi???!!!!”
“Emangnya, kita mau makan apa???”
“Kamu lihatnya apa???”
“Bakso!!!”
“Ya udah!!! Kita makan itu!!! Baksonya Mang Maman enak loch!!! Cobain aja!!!”
Saya memesan dua mangkok bakso.
Setelah pesanan datang. Saya makan dengan lahapnya. Dia tersenyum melihat tingkahku yang sedang mengipas-ngipas mulutku karna kepedasan.



0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

My Blog List

Total pengunjung

kursot berbintang

jam

marquuee

wiwid wulandari

ShoutMix chat widget

ShoutMix chat widget

cbox

google translet

jadwal sholat

Category

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

About Me

Foto Saya
wiwid_woeLaendariye
Lihat profil lengkapku